Gangguan Sistem Ekskresi
Hai ! Selamat Datang !
1. Penyakit pada Sistem Ekskresi Ginjal
1.1. Albuminuria
Albuminuria
adalah suatu kelainan pada ginjal dimana di dalam urine terdapat
albumin (protein). Hal ini disebabkan oleh kerusakan pada glomerulus
yang menyebabkan protein lolos dan masuk ke dalam nefron. Ciri-cirinya
adalah timbulnya busa yang berlebihan saat buang air kecil.
1.2. Batu Ginjal
Batu
ginjal adalah penyakit yang ditandai dengan adanya pengendapan garam
kalsium di dalam rongga ginjal, saluran ginjal, atau kandung kemih. Batu
ginjal berbentuk kristal yang tidak bisa larut dan mengandung kalsium
oksalat, asam urat, dan kristal kalsium fosfat. Penyebabnya adalah
karena terlalu banyak mengonsumsi garam mineral dan terlalu sedikit
mengonsumsi air. Batu ginjal dapat menyebabkan penyempitan saluran buang
air kecil. Batu ginjal dapat dihancurkan dengan operasi sinar laser.
1.3. Gagal Ginjal
Gagal
ginjal adalah kelainan ginjal yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya
(sebagai alat penyaring darah). Penderita gagal ginjal sementara dapat
ditolong dengan cuci darah secara berkala. Dengan menggunakan alat yang
disebut dialisator darah dari penderita dikeluarkan dari arteri (tabung
atas), melewati perangkap gelembung, dan masuk ke dalam ginjal tiruan.
Darah yang sudah dimurnikan keluar dari ginjal buatan (bawah), dan
dikembalikan ke urat dalam lengan (tabung bawah). Penderita gagal ginjal
tetap dapat ditolong dengan mencangkok ginjal. Ginjal sakit yang
dimiliki penderita biasanya diambil. Arteri dan uratnya diikat (agar
putus hubungan), kecuali cabang yang berhubungan dengan kelenjar
adrenal. Kemudian ginjal yang sakit tersebut diganti ginjal yang sehat
dari donor yang sesuai.
1.4. Diabetes Melitus
Diabetes
melitus adalah kelainan pada ginjal karena adanya gula (glukosa) dalam
urine yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin. Hal ini disebabkan
karena proses perombakan glukosa menjadi glikogen terganggu sehingga
glukosa darah meningkat. Ginjal tidak mampu menyerap seluruh glukosa
tersebut. Akibatnya, glukosa diekskresikan bersama urine. Diabetes
melitus harus dikelola dan dikendalikan dengan baik agar penderitanya
dapat merasa nyaman dan sehat, serta dapat mencegah terjadinya
komplikasi.
Diabetes insipidus dapat timbul
secara perlahan maupun tiba tiba pada segala usia. Keluhan dan gejala
utama diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsia. Jumlah produksi
urin maupun cairan yang diminum per 24 jam sangat banyak. Selain
poliuria dan polidipsia, biasanya tidak terdapat gejala-gejala lain,
kecuali bahaya baru yang timbul akibat dehidrasi yang dan peningkatan
konsentrasi zat-zat terlarut yang timbul akibat gangguan rangsang
haus.Sehingga kompensasi hilangnya cairan melalui air kemih, penderita
bisa minum sejumlah besar cairan (3,8-38 L/hari) jika kompensasi ini
tidak terpenuhi maka dengan segera akan terjadi dehidrasi yang
menyebabkan tekanan darah rendah dan syok, penderita terus berkemih.
1.5. Radang Ginjal
Radang
ginjal disebut nefritis. Radang ginjal terjadi karena adanya kerusakan
nefron, khususnya glomerulus yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Rusaknya nefron mengakibatkan urine masuk kembali ke dalam darah dan
penyerapan air menjadi terganggu sehingga timbul pembengkakan di daerah
kaki. Penderita nefritis bisa disembuhkan dengan cangkokan ginjal atau
cuci darah secara rutin. Cuci darah biasanya dilakukan sampai penderita
mendapatkan donor ginjal yang memiliki kesesuaian jaringan dengan organ
penderita.
1.6. Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus adalah pengeluaran cairan dari tubuh dalam jumlah yang banyak yang disebabkan oleh dua hal :
- Gagalnya pengeluaran vasopressin
- Gagalnya ginjal terhadap rangsangan AVP
Diabetes
insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan, penyakit ini
diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat menganggu mekanisme
neurohypophyseal – renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh
dalam mengkoversi air
Diabetes Insipidus adalah
suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormone antidiuretik yang
menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran
sejumlah besar air kemih yang sangat encer (poliuri).
2. Penyakit pada Sistem Ekskresi Hati
2.1. Hepatitis
Hepatitis
adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Virus hepatitis ada
beberapa macam, misalnya virus hepatitis A dan hepatitis B. Hepatitis
yang disebabkan oleh virus hepatitis B lebih berbahaya daripada
hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis A. Pencegahannya adalah
dengan melakukan vaksinasi.
Virus hepatitis A
terutama menyebar melalui vecal oral. Penyebaran ini terjadi akibat
buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi
wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan. Virus
hepatitis B penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus
hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah. Penularan
biasanya terjadi di antara para pemakai obat yang menggunakan jarum
suntik bersama-sama, atau di antara mitra seksual
2.2. Penyakit Kuning
Penyakit
kuning disebabkan oleh tersumbatnya saluran empedu yang mengakibatkan
cairan empedu tidak dapat dialirkan ke dalam usus dua belas jari,
sehingga masuk ke dalam darah dan warna darah menjadi kuning. Kulit
penderita tampak pucat kekuningan, bagian putih bola mata berwarna
kekuningan, dan kuku jaripun berwarna kuning. Hal ini terjadi karena di
seluruh tubuh terdapat pembuluh darah yang mengangkut darah berwarna
kekuningan karena bercampur dengan cairan empedu.
2.3. Sirosis Hati
Sirosis
hati adalah keadaan penyakit yang sudah lanjut dimana fungsi hati sudah
sangat terganggu akibat banyaknya jaringan ikat di dalam hati. Sirosis
hati adalah salah satu penyakit sepuluh besar di dunia yang menyebabkan
kematian. Sirosis hati dapat terjadi karena virus Hepatitis B dan C yang
berkelanjutan, karena alkohol, salah gizi, atau karena penyakit lain
yang menyebabkan sumbatan saluran empedu. Sirosis tidak dapat
disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk mengobati komplikasi yang
terjadi (seperti muntah dan berak darah, asites/perut membesar, mata
kuning serta koma hepatikum).
2.4. Kanker Hati
Kanker
hati terjadi apabila sel kanker berkembang pada jaringan hati. Kanker
hati yang banyak terjadi adalah Hepatocellular carcinoma (HCC). HCC
merupakan komplikasi akhir yang serius dari hepatitis kronis, terutama
sirosis yang terjadi karena virus hepatitis B, C dan hemochromatosis.
2.5. Perlemakan Hati
Perlemakan
hati terjadi bila penimbunan lemak melebihi 5 % dari berat hati atau
mengenai lebih dari separuh jaringan sel hati. Perlemakan hati ini
sering berpotensi menjadi penyebab kerusakan hati dan sirosis hati.
Kelainan ini dapat timbul karena mengkonsumsi alkohol berlebih disebut
ASH (Alcoholic Steatohepatitis), maupun bukan karena alkohol disebut
NASH (Nonalcoholic Steatohepatitis).
3. Penyakit pada Sistem Ekskresi Kulit
3.1. Jerawat
Jerawat
adalah penyakit yang biasanya muncul di wajah, leher, punggung, bahu,
dada, bahkan di lengan atas. Jerawat disebabkan oleh tersumbatnya
pori-pori kulit oleh kotoran.
3.2. Dermatitis
Dermatitis adalah penyakit peradangan pada kulit dan ditandai dengan kulit yang membengkak, memererah, dan gatal-gatal.
3.3. Panu
Panu
adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur dan menimbulkan rasa gatal.
Rasa gatal akan semakin terasa jika terkena keringat. Bercak-bercak ini
bisa berwarna putih, coklat atau merah tergantung warna kulit si
penderita. Panu paling banyak dijumpai pada remaja usia belasan.
Meskipun begitu panau juga bisa ditemukan pada penderita berumur tua.
3.4. Kudis
Kudis (skabies) disebabkan oleh tungau yang dikenal dengan nama Sarcoptes scabiei.
Kudis adalah penyakit yang menular. Penderita akan merasa gatal yang
luar biasa. Penyakit ini seringkali dijumpai pada anak-anak. Kudis
biasanya ditemukan pada selah-selah jari tangan, pergelangan tangan, dan
pinggang batas celana.
3.5. Eksim
Eksim
ditandai dengan badan yang meradang dan iritasi. Eksim disebabkan oleh
beberapa faktor, misalnya setelah memegang sabun ternyata tangan terasa
gatal. Gejala yang timbul pada kulit bervariasi, ada yang terasa gatal
ringan dan ada juga yang merasaan panas.
4. Penyakit pada Sistem Ekskresi Paru-Paru
4.1. Pneumonia
Pneumonia
biasa disebut radang paru-paru. Pneumonia dapat timbul di berbagai
daerah di paru-paru. Pneumonia lobar menyerang sebuah lobus atau
potongan besar paru-paru. Pneumonia lobar adalah bentuk pneumonia yang
mempengaruhi area yang luas dan terus-menerus dari lobus paru-paru.
Penyebab utama pneumonia adalah infeksi bakteri, sering kali dari jenis
Streptococcus pneumoniae. Pneumonia dapat dipicu menjadi permasalahan
sekunder oleh infeksi virus di saluran pernapasan atas, seperti flu.
4.2. Tuberkulosis
Penyakit tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh bakter Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini menyerang paru-paru sehingga pada bagian dalam alveolus
terdapat bintil-bintil. Penyakit ini dapat menular melalui percikan
ludah saat penderita batuk. Gejalanya adalah batuk berdahak lebih dari
tiga minggu dan terkadang mengeluarkan darah. TBC dapat menyebabkan
kematian.
4.3. Asma
Asma
adalah penyempitan sementara pada saluran pernapasan yang dapat
menyebabkan penderitanya merasakan sesak napas. Penyempitan terjadi pada
pembuluh tenggorokan. Asma dikenal dengan bengek yang disebabkan oleh
bronkospasme. Faktor keturunan sangat berperan pada penyakit ini, bila
ada orangtua atau kakek nenek yang menderita penyakit ini dapat menurun
kepada anak atau cucunya. Kondisi lingkungan yang udaranya telah
tercemar akan memicu serangan asma. Walau serangan sesak napas dapat
hilang sendiri, tetapi serangan berat bila tidak ditangani dapat
menyebabkan kematian karena penderita tidak dapat bernapas.
4.4. Bronkitis
Bronkitis
adalah peradangan pada bronkus (saluran yang membawa udara menuju
paru-paru). Penyebabnya bisa karena infeksi kuman, bakteri atau virus.
Penyebab lainnya adalah asap rokok, debu, atau polutan udara. Gejalanya
adalah batuk disertai demam atau dahak berwarna kuning karena infeksi
kuman.
4.5. Emfisema
Emfisema
adalah kondisi di mana kantung udara di paru-paru secara bertahap
hancur, membuat napas lebih pendek. Emfisema disebabkan karena hilangnya
elastisitas alveolus. Alveolus sendiri adalah gelembung-gelembung yang
terdapat dalam paru-paru. Pada penderita emfisema, volume paru-paru
lebih besar dibandingkan dengan orang yang sehat karena karbondioksida
yang seharusnya dikeluarkan dari paru-paru terperangkap didalamnya. Asap
rokok dan kekurangan enzim alfa-1-antitripsin adalah penyebab kehilangan elastisitas pada paru-paru ini.
Komentar
Posting Komentar