Tokoh Ilmuwan
AL ZAHRAWI
Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi atau Al-Zahrawi dikenal di Barat sebagai Abulcasis, adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam abad Pertengahan. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid.
Abul Qasim lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Kordoba, Spanyol. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama "El Zahrawi". Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah.
Kisah masa kecilnya tak banyak terungkap. Sebab, tanah kelahirannya
Al-Zahra dijarah dan dihancurkan. Sosok dan kiprah Al-Zahrawi baru
terungkap ke permukaan, setelah ilmuwan Andalusia Abu Muhammad bin Hazm
(993M-1064M) menempatkannya sebagai salah seorang dokter bedah terkemuka
di Spanyol. Sejarah hidup alias biografinya baru muncul dalam
Al-Humaydi’s Jadhwat al Muqtabis yang baru rampung setelah enam dasa
warsa kematiannya.
Al-Zahrawi mendedikasikan separuh abad masa hidupnya untuk praktik dan mengajarkan ilmu kedokteran. Sebagai seorang dokter termasyhur, Al-Zahrawi pun diangkat menjadi dokter istana pada era kekhalifahan Al-Hakam II di Andalusia. Ia lebih banyak mendedikasikan hidupnya untuk merawat korban kecelakaan serta korban perang.
Para dokter di zamannya mengakui bahwa Al-Zahrawi adalah seorang dokter yang jenius terutama di bidang bedah. Jasanya dalam mengembangkan ilmu kedokteran sungguh sangat besar. Al-Zahrawi meninggalkan sebuah ‘harta karun’ yang tak ternilai harganya bagi ilmu kedokteran yakni berupa kitab Al-Tasrif li man ajaz an-il-talil—sebuah ensiklopedia kedokteran. Kitab yang dijadikan materi sekolah kedokteran di Eropa itu terdiri dari 30 volume.
Al-Zahrawi secara rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedic, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika seperti deodorant, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil pengembangan dari karya Al-Zahrawi.
Al-Zahrawi mendedikasikan separuh abad masa hidupnya untuk praktik dan mengajarkan ilmu kedokteran. Sebagai seorang dokter termasyhur, Al-Zahrawi pun diangkat menjadi dokter istana pada era kekhalifahan Al-Hakam II di Andalusia. Ia lebih banyak mendedikasikan hidupnya untuk merawat korban kecelakaan serta korban perang.
Para dokter di zamannya mengakui bahwa Al-Zahrawi adalah seorang dokter yang jenius terutama di bidang bedah. Jasanya dalam mengembangkan ilmu kedokteran sungguh sangat besar. Al-Zahrawi meninggalkan sebuah ‘harta karun’ yang tak ternilai harganya bagi ilmu kedokteran yakni berupa kitab Al-Tasrif li man ajaz an-il-talil—sebuah ensiklopedia kedokteran. Kitab yang dijadikan materi sekolah kedokteran di Eropa itu terdiri dari 30 volume.
Al-Zahrawi secara rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedic, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika seperti deodorant, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil pengembangan dari karya Al-Zahrawi.
Kehebatan dan profesionalitas Al- Zahrawi sebagai seorang ahli bedah
diakui para dokter di Eropa.Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah
kepala dari seluruh ahli bedah. Kitab Al-
Tasrif yang ditulisnya lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh
Gerard of Cremona pada abad ke-12 M. Kitab itu juga dilengkapi dengan
ilustrasi. Kitab itu menjadi rujukan dan buku resmi sekolah kedokteran
dan para dokter sera ahli bedah Eropa selama lima abad lamanya pada
periode abad pertengahan.
Sosok dan pemikiran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta
mahasiswa kedokteran di Eropa. Pada abad ke-14 M, seorang ahli bedah
Prancis bernama Guy de Chauliac mengutip Al-Tasrif hampir lebih dari 200
kali. Kitab Al-Tasrif terus menjadi pegangan para dokter di Eropa
hingga terciptanya era Renaissance. Hingga abad ke- 16 M, ahli bedah
berkebangsaan Prancis , Jaques Delechamps (1513 M – 1588 M) masih menjadikan Al-Tasrif sebagai rujukan.
Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013
M – dua tahun setelah tanah kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski
Corboba kini bukan lagi menjadi kota bagi umat Islam, namun namanya
masih diabadikan menjadi nama jalan kehormatan yakni ‘Calle Albucasis’.
Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 yakni rumah tempat Al-Zahrawi
tinggal. Kini rumah itu menjadi cagar budaya yang dilindungi Badan
Kepariwisataan Spanyol
Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga ke seantero Eropa. Tak heran, bila kemudian pasien dan anak muda yang ingin belajar ilmu kedokteran dari Abulcasis berdatangan dari berbagai penjuru Eropa. Menurut Will Durant, pada masa itu Cordoba menjadi tempat favorit bagi orang-orang Eropa yang ingin menjalani operasi bedah. Di puncak kejayaannya, Cordoba memiliki tak kurang dari 50 rumah sakit yang memberikan pelayanan prima.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_al-Qasim_al-Zahrawi
http://www.biografiku.com/2009/04/biografi-al-zahrawi-936-m-1013-m.html
Komentar
Posting Komentar